Joseph Wilson Swan
Thomas Alva Edison selalu dianggap sebagai penemu bola lampu pijar pertama. Faktanya, Edison bukanlah seorang pionir pertama, tetapi mengembangkan sebuah eksperimen yang memperjelas tabung lampu hampa udara yang pernah didesain oleh seorang fisikawan asal Inggris, Joseph Wilson Swan.

Thomas Alva Edison

Thomas Alva Edison Penemu Bola Lampu Pijar pertama. Benarkah? | IMROEE

Pada tahun 1860, Joseph Wilson Swan menggunakan kertas karbon sebagai filamen dalam percobaan bola lampunya; bagaimanapun, level hampa udara (vacuum level) yang rendah dan keterbatasan sumber tenaga menjauhkan Swan dari kesuksesan untuk percobaannya.

Lampu pertama percobaan Joseph Wilson Swan

Tetapi 15 tahun kemudian, Swan kembali melakukan percobaan yang sama dengan menggunakan vacuum dan bahan karbon yang lebih baik, dia berencana untuk mendemontrasikan bagaimana cara kerja atau pengoperasian sebuah lampu pijar.

Selanjutnya, pada tahun 1880, Swan meggelar pasar malam perdagangan internasional pertama lampu-lampu listrik di Newcastle, Inggris, tetapi lampu yang ditemukan oleh Swan masih belum sempurna.

Swan tidak tertarik lagi mengembangkan atau menyempurnakan penemuan bola lampunya segera setelah itu dan beralih dengan masalah-masalah lain.

Lampu pertama percobaan Swan

Saat itulah Thomas Alva Edison yang telah melakukan ribuan percobaan muncul. Edison memilih meterial-material yang lebih cocok untuk filamen dan mengembangan kontruksi bola lampu pijar.

Tidak seperti Swan, Edison lebih memiliki tujuan tertentu dan terus menerus fokus pada pencapaian prestasi sebagai goalnya, dan mencari keuntungan komersial dari implementasi bola lampu temuannya.

Lampu Pijar komersial pertama"Edison-Swan Lamps"

Lampu-lampu pertama Edison muncul di pasaran adalah yang disebut "Edison-Swan Lamps" (kadang-kadang juga disingkat "EdiSwan"). Kemudian, tidak tahu kenapa, nama Swan secara berangsur-angsur terlupakan dan sekarang Edison yang terkenal sebagai penemu bola lampu pijar.

Ada banyak penemuan Edison selama tahun 1883, di antaranya yang populer adalah "Efek Edison" (Edson's Effect) dan itu menjadi dasar dari seluruh teknik radio modern.

Efek Edison

Edison mengungkapkan bahwa jika sebuah plat metal diletakkan dekat filamen dan dihubungkan ke terminal postif baterai, arus listrik akan mengalir antara filamen dan plat itu.

Pada saat itu, alasannya sulit untuk dipahami, seperti tidak adanya arus listrik yang mengalir pada satu kondisi.

Faktanya, arus listrik berhenti mengalir ketika polaritas baterai diubah yang meninggalkan ketidakjelasan akan penemuan Edison tersebut. Meskipun naluri Edison untuk memperoleh profit tak terpatahkan dan memiliki intuisi yang tajam, Edison gagal menerapkan efek yang telah dia temukan.

Dioda Vakum Fleming dengan elektroda tambahan "anoda" dalam bentuk silinder mengelilingi  filamen.

Efek seperti yang diungkapkan oleh edison diterapkan dalam bidang keteknikan terutama listrik setelah lebih dari 20 tahun kemudian.

Pada tahun 1904, masih berdasar pada efek edison, Fisikawan Inggris bernama John Ambrose Fleming mendesain dan mematenkan lampu radio pertama di dunia yang disebut "Radio Valve" atau "Termionic Diode" yang didesain untuk konversi arus bolak-balik ke arus serarah dan untuk deteksi sinyal radio.

Dioda Fleming yang menjadi dasar kontruksi Bola Lampu Pijar

Banyak penemu-penemu mencoba untuk mendesain dioda Fleming dengan lebih sempurna untuk pendeteksian kualitas yang lebih tinggi pada sinyal-sinyal radio dan komunikasi tanpa kabel dan kemudian berusaha menerapkannya untuk perbaikan arus bolak balik daya tinggi.

Ini bisa dilihat pada gambar terkahir bahwa diode ini berbeda dengan lampu pijar, yang menggunakan filamen spiral dengan adanya penambahan sebuah flat ("anoda").

Akan tetapi penemuan Fleming ini kemudian menjadi dasar kontruksi dari sebuah Lampu Pijar.




Gambar diatas adalah gambar kawasan patung pak tani kira kira 100 tahun yang lalu, sepi banyak pohon besar. Ketika itu ente dimane yee… masih di alam sono. Dibawah ini adalah kawasan patung pak tani di tahun 2008 dilihat dari arah yang sama. Sekarang  sekitar patung pak tani sudah dipenuhi gedung tinggi, dan kendaraan yang ramai.
patung_ptani_skrg.jpgpatung_ptani_dulu.jpg
salemba_dulu.jpg


Kalau yang ini adalah gambar jalan Salemba di zaman dulu, masih sepi. Kayanya jauh dibawah tahun 1945, karena sekitar tahun 1945 sudah ada jalan trem, disini jalan tremnya belum ada. Mungkin gambar ini diambil 100 tahun yang lalu. Ketika itu kita semua juga belum lahir. Jalannya juga masih dari sirtu (pasir dan batu). Sekarang jalan raya Salemba sudah dipenuhi bangunan dikiri kanan jalan, ramai dengan kendaraan dan orang yang lalu lalang. 100 tahun lagi jalan Salemba Raya kaya apa ya??. Kita juga udah nggak ada di dunia ini kali.
petamburan_dulu.jpg


Tempo dulu Jakarta sangat sepi, rumahnya jarang- jarang. Kawasan diatas adalah gambar daerah  Petamburan Tanah Abang tempo doeloe. Sekarang Jakarta sudah padat dipenuhi rumah penduduk dan gedung pencakar langit Gambar dibawah ini adalah daerah perumahan disekitar Petamburan  dilihat dari arah RS Harapan Kita. Nun jauh disana terlihat gedung pencakar langit dikawasan Sudirman dan jalan Tamrin. Demikianlah Allah mengembang  biakan manusia dimuka bumi. Jakarta yang dulu sepi kini dipenuhi rumah, bangunan dan manusia dengan berbagai profesi.
petamburan_skrg.jpg
pancoran_dulu.jpg


Kalau yang ini adalah kawasan bundaran Pancoran sekitar tahun 1965, masih sepih tidak banyak kendaraan mobil dan motor yang lalu lalang. Sebelah kiri arah Jalan Dr Saharjo Manggarai, lurus arah ke Cawang dan kekanan arah Kali bata, Pasar Minggu. Foto ini diambil dari arah Kuningan. Disebelah kanan terlihat halte bis di depan gedung MBAU tempo dulu. Dibawah ini bisa kita lihat suasana sekitar tugu Pancoran saat ini  dilihat dari beberapa arah.
pancoran_1.jpg


Disebelah kanan  adalah patung Pancoran sekarang ini dilihat dari arah jalan Dr Saharjo , dan gambar kiri patungnya nggak kelihatan karena diambil dari dari kolong jembatan layang. Patung pancoran hanya kelihatan tiangnya saja.
pancoran_2.jpg


Kedua foto diatas adalah patung Pancoran dilihat dari arah Kalibata Pasar Minggu, kalau pagi hari jalannya macet parah.
pancoran_3.jpg


Kalau yang ini adalah foto patung Pancoran diambil dari arah Kuningan, sama seperti foto yang diambil pada tahun 1965 diatas. Patung pancoran sudah dikelilingi bangunan tinggi dan terjepit diantara dua jalan layang. Kondisi jalan disekitar patung pancoran ini kalau pagi atau sore hari padat merayap.
pancoran_4.jpg


Ini adalah suasana di depan bekas gedung MBAU dekat halte bis yang terlihat pada foto patung Pancoran tempo doeloe, suasananya jauh sekali berbeda. Sekarang kalau pagi dan sore hari saat orang berangkat dan pulang kerja, jalanya macet sekali alias padat merayap. Kalau suasana Jakarta masih kaya dulu, wuuaah asyik banget, kemana saja dengan kendaran mobil atau motor bisa dicapai dalam waktu yang singkat. Sekarang untuk menempuh jarak 2 km saja bisa butuh waktu sampai setengah jam, pakai motor atau mobil sama saja. Kenangan indah dimasa lalu memang tidak akan pernah kembali. Jakarta terus tumbuh dan berkembang, bagaimana suasana 50 atau 100 tahun lagi?, entahlah.
Selanjutnya berikut dibawah ini adalah video suasana jakarta pada tahun 1941 saat masih dijajah Belanda, yang mengendarai mobil hanyalah tuan tuan Belanda. Pribumi cukup berjalan kaki atau naik delman dan beca saja. Dijakarta masih terlihat trem listrik yang berjalan dijalan raya bersama kendaraan mobil umum.




Candi borobudur terkubur lahar merapi


Salah satu pertanyaan yang kini belum terjawab tentang Borobudur adalah bagaimana kondisi sekitar candiketika dibangun dan mengapa candi itu ditemukan dalam keadaan terkubur.Beberapa ahli mengatakan Borobudur awalnya berdiri dikelilingii rawakemudian terpendam karena letusan Merapi.


Hal tersebut berdasarkanprasasti Kalkutta bertuliskan ‘Amawa’ berarti lautan susu. Kata itu yangkemudian diartikan sebagai lahar Merapi, kemungkinan Borobudurtertimbun lahar dingin Merapi. Desa-desa sekitar Borobudur, sepertiKaranganyar dan Wanurejo terdapat aktivitas warga membuat kerajinan.Selain itu, puncak watu Kendil merupakan tempat ideal untuk memandangpanorama Borobudur dari atas. Gempa 27 Mei 2006 lalu tidak berdampaksama sekali pada Borobudur sehingga bangunan candi tersebut masih dapatdikunjungi.


Sejarah ditemukannya candi borobudur


Sekitar tiga ratus tahun lampau,tempat candi ini berada masih berupa hutan belukar yang oleh penduduksekitarnya disebut Redi Borobudur. Untuk pertama kalinya, nama Borobudurdiketahui dari naskah Negarakertagama karya Mpu Prapanca pada tahun1365 Masehi, disebutkan tentang biara di Budur.


Kemudian pada Naskah Babad TanahJawi (1709-1710) ada berita tentang Mas Dana, seorang pemberontakterhadap Raja Paku Buwono I, yang tertangkap di Redi Borobudur dandijatuhi hukuman mati. Kemudian pada tahun 1758, tercetus berita tentangseorang pangeran dari Yogyakarta, yakni Pangeran Monconagoro, yangberminat melihat arca seorang ksatria yang terkurung dalam sangkar.


Pada tahun 1814, Thomas StamfordRaffles mendapat berita dari bawahannya tentang adanya bukit yangdipenuhi dengan batu-batu berukir. Berdasarkan berita itu Rafflesmengutus Cornelius, seorang pengagum seni dan sejarah, untukmembersihkan bukit itu.


Setelah dibersihkan selama duabulan dengan bantuan 200 orang penduduk, bangunan candi semakin jelasdan pemugaran dilanjutkan pada 1825. Pada 1834, Residen Kedumembersihkan candi lagi, dan tahun 1842 stupa candi ditinjau untukpenelitian lebih lanjut.


[Image: borobudur1.jpg]

[Image: borobudur2.jpg]

[Image: borobudur3.jpg]

[Image: borobudur4.jpg]

[Image: borobudur5.jpg]

[Image: borobudur6.jpg]

[Image: borobudur7.jpg]

[Image: borobudur8.jpg]

[Image: borobudur9.jpg]

[Image: borobudur10.jpg]

[Image: borobudur11.jpg]


[Image: borobudur13.jpg]

Ulasan lengkap suku Jawa

Penting bagi kita untuk mengetahui asal usul suku Jawa sebagai wawasan terhadap kebinekaan nusantara kita tercinta ini. Indonesia yang majemuk memang memiliki berbagai macam suku, tercatat lebih dari 300 suku dengan 250 bahasa berdiam di Indonesia. Kali ini kita akan membahas secara rinci mengenai asal usul dan segala hal mengenai suku Jawa.
Ulasan lengkap suku Jawa

Suku Jawa sebagai suku dominan

Suku Jawa bisa dibilang sebagai satu suku yang dominan di negara kita tercinta ini. Jumlah penduduk suku Jawa memang lebih banyak daripada suku bangsa yang lain. Suku bangsa Jawa yang dimaksud adalah mereka yang memliki asal dari Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan suku asli Jawa Barat adalah Sunda. Maka kebanyakan dari daerah Jawa Barat tidak menganggap dirinya termasuk dalam wilayah Jawa. Menguak asal-usul suku Jawa memang tidak akan bisa lepas dari tokoh-tokoh bangsa Indonesia yang berasal dari suku Jawa. Lima dari enam tokoh yang pernah menjadi presiden Indonesia adalah dari suku Jawa, bahkan salah satunya yakni Susilo Bambang Yudhoyono masih menjadi presiden saat ini. Selain itu tidak hanya tokoh-tokoh saja yang menarik, namun juga mengenai makanan, karakteristik, pandangan hidup dan kepercayaan.

Hikayat asal usul suku Jawa dan bahasa Jawa

Menurut hikayat, asal muasal suku Jawa diawali dari datangnya seorang satria pinandita yang bernama Aji Saka. Ia adalah orang yang menulis sebuah sajak, dimana sajak itu yang kini disebut sebagai abjad huruf Jawa hingga saat ini. Maka dari itu, asal mula sajak inilah yang digunakan sebagai penanggalan kalender Saka. Definisi suku Jawa adalah penduduk asli pulau Jawa bagian tengah dan timur, kecuali pulau Madura. Selain itu, mereka yang menggunakan bahasa Jawa dalam kesehariannya untuk berkomunikasi juga termasuk dalam suku Jawa, meskipun tidak secara langsung berasal dari pulau Jawa. Demikian adalah definisi Magnis-Suseno mengenai suku bangsa Jawa. Asal usul suku Jawa juga berkaitan dengan bahasa yang digunakan, yakni bahasa Jawa. Secara resmi, ada dua jenis bahasa Jawa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa. Dua jenis bahasa ini tersedia sebagai berikut:
huruf bahasa jawa
  1. Bahasa Jawa Ngoko adalah bahasa Jawa yang digunakan oleh orang yang sudah akrab, orang dengan usia yang sama atau seseorang kepada orang lain yang status sosialnya lebih rendah.
  2. Bahasa Jawa Kromo. Bahasa tersebut digunakan kepada orang yang belum akrab, dari orang muda kepada orang tua atau dengan orang yang status sosialnya lebih tinggi.
Pada bahasa Kromo, masih ada pembagian menjadi dua macam, yakni Kromo Madya dan Kromo Halus atau Kromo Inggil. Dimana Kromo Madya digunakan sebagai bahasa pergaulan yang lebih sopan daripada bahasa Ngoko. Sedangkan untuk Kromo Inggil digunakan kepada orang yang lebih tua atau memiliki jabatan dan status sosial yang jauh lebih tinggi dibandingkan yang berbicara.

Penggolongan sosial masyarakat Jawa

Dalam masyarakat Jawa terdapat penggolongan sosial yang pernah dibahas oleh seorang antropolog dari Amerika Serikat bernama Clifford Geertz. Ia membagi suku Jawa dalam tiga golongan. Golongan tersebut antara lain:
  1. Kaum santri
Golongan ini adalah mereka yang memeluk agama Islam dan menganut agama Islam sebagai jalan hidupnya.
  1. Kaum Abangan
Kaum abangan adalah mereka yang masih berpegang pada adat istiadat Jawa, meskipun mereka memeluk berbagai agama. Kaum ini sering disebut dengan Kejawen, maka ada istilah Islam Kejawen, Kristen Kejawen dan lain diantaranya. Beberapa priyayi kuno masuk dalam golongan ini.
  1. Kaum Priyayi
Kaum priyayi adalah mereka yang bekerja sebagai pegawai atau para cendikiawan. Mereka pada umumnya bekerja untuk pemerintah atau swasta dengan status sosial yang lebih tinggi dari orang kebanyakan.
Penggolongan sosial ini berkaitan dengan bahasa yang sudah dibahas diatas. Dalam melakukan komunikasi antara satu dengan lainnya, digunakan bahasa yang berbeda. Hal ini merupakan cara tersendiri bagi masyarakat suku Jawa dalam menunjukkan rasa hormat kepada orang yang lebih tua, dituakan, pejabat, orang yang lebih muda, ayah, ibu dan sebagainya.

Padangan hidup, kepercayaan, dan watak suku jawa

Setelah kita membahas asal usul, bahasa dan golongan sosial suku Jawa, maka kita akan melanjutkan pada karakteristik suku Jawa berikutnya, yakni sistem kekerabatan. Dalam suku Jawa, sistem kekerabatan disesuaikan dengan asal usulnya. Sistem yang digunakan adalah bilateral, yakni hubungan kekerabatan berasal dari kedua orang tua, ayah dan ibu. Maka dari itu disimpulkan bahwa hubungan kekerabatan suku Jawa tidak seperti suku lain kebanyakan yang hanya satu garis saja.

Pandangan hidup dan kepercayaan suku Jawa

Masing-masing suku bangsa di Indonesia pasti memiliki pandangan hidup dan kepercayaan masing-masing. Suku Jawa menyakini bahwa apa yang ada di dunia ini adalah satu kesatuan hidup yang harus dipelihara dengan harmoni. Manusia itu satu kesatuan dengan alam semesta, hal ini menyebabkan masyarakat Jawa yakin bahwa hidup manusia adalah suatu pengembaraan yang penuh dengan pengalaman religius. Hal ini membuat suku Jawa menggolongkan hidup berdasarkan ulasan diatas. Hidup ini terdiri dari dua macam alam, yakni:
  1. Alam Makrokosmik yakni alam yang misterius, penuh dengan hal yang sifatnya supranatural.
  2. Alam Mikrokosmik yakni alam yang nyata, alam yang kita tinggali saat ini.
Definisi dua alam ini menunjukkan bahwa suku Jawa memiliki tujuan hidup, yakni mencapai keseimbangan dalam mikrokosmik dan makrokosmik. Kepercayaan yang terbesar adalah untuk memiliki kehidupan yang baik di dunia, kita harus menjadi pribadi dan jiwa yang baik. Pembagian alam ini ditujukan untuk memudahkan masyarakat suku Jawa menjalani kehidupan. Sedangkan mengenai sistem kepercayaan kepada sang pencipta, suku Jawa adalah paling berpikiran terbuka, namun kebanyakan masih menganut kejawen. Kejawen adalah kepercayaan warisan nenek moyang yang memiliki sinkritisme dengan agama Hindu. Hal ini sangat wajar karena agama Hindu dan Budha menyebar terlebih dahulu daripada agama Islam di pulau Jawa.

Watak Suku Jawa

Setiap suku pasti memiliki karakter dominan yang berbeda antara satu dengan lainnya. Suku Jawa terkenal sebagai bangsa yang penuh dengan tata krama, berbudi pekerti halus, ulet mengerjakan sesuatu. Memiliki kecenderungan tertutup dan tidak berterus terang adalah salah satu watak yang paling terkenal pada suku Jawa. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan orang Jawa yang menghindari konflik dan ingin memelihara hubungan yang harmonis. Suku Jawa tidak menyukai pertikaian, namun seringkali menjadi negatif karena terkadang menyimpan dendam sesama saudara atau orang lain.
Demikian adalah beberapa karakteristik suku Jawa. Meskipun masing-masing suku memiliki karakteristik tersendiri, namun tidak ada salahnya mempelajari suku yang lain satu persatu untuk saling mengenal satu sama lain. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan Indonesia yang berbhineka tunggal ika, berbeda-beda tapi tetap satu. Pemahaman terhadap suku Jawa dan suku-suku lainnya sangat penting sebagai tambahan wawasan budaya bangsa Indonesia yang kaya raya ini. Semoga artikel ini bermanfaat untuk anda.
Borobudur adalah karya seni yang megah, Salah satu bangunan buatan manusia Indonesia yang paling mengagumkan. Candi yang berbentuk punden berundak yang terbagi atas 6 tingkat ini adalah Candi Budha yang dibangun sekitar abad ke 8. jadi kira-kira usianya sudah 1200 tahun.





Candi Borobudur dibuat dari susunan ribuan Batu yang disusun sedemikian rupa sehingga bisa membentuk rangkaian bangunan yang amat kuat dan kokoh bahkan sampai ribuan tahun. Bagi sebagian besar masyarakat Jogja dan Jawa tengah, mereka mempercayai bahwa candi borobudur adalah candi yang ajaib. mereka mempercayai bahwa susunan batu pada candi Borobudur hanya direkatkan dengan putih telur.

salah satu arca di candi Borobudur
Lalu pertanyaanya, apakah benar demikian? ternyata belum ada jawaban yang pasti dari pertanyan ini. keyakinan masyarakat Jogja dan Jawa Tengah akan cerita candi borobudur yang hanya direkatkan dengan putih telur memang diwariskan dari nenek moyang msayarakat borobudur secara turun-temurun. lagian kan tidak mungkin kalo susuna batu Candi Borobudur direkatkan dengan Semen (kan abad ke 8, pabrik semen tiga roda belum ada) hehehe.

Jika seandainya benar bahwa Candi Borobudur hanya direkatkan dengan telur, maka bisa dibayangkan berapa banyak telur yang akan dihabiskan untuk merekatkan ribuan susunan Batu Candi Borobudur tersebut, Tapi ini bisa jadi mungkin mengingat masyarakat jawa pada jaman dahulu sangat mempercayai hal-hal yang agak berbau gaib dan kontroversi.

Candi Borobudur yang sangat indah
Pada nyatanya, susunan batu borobudur disusun dengan teknik penguncian, yaitu teknik yang mirip puzzle jigsaw. hal ini bisa dilihat pada susunan batu candi pada bagian bawah dan pintu gerbang. Jadi bagian batu yang akan disusun sudah dibentuk sedemikian rupa agar bisa disusun dengan teknik penguncian (lock and key). Kira-kira beginilah gambaranya.

http://sipil2006.files.wordpress.com/2009/03/alur-lomba.jpg
teknik lock and key pada penyusunan batu Candi Borobudur

Jadi boleh dibilang, proses pembuatan candi borobudur ini sudah menggunakan teknologi yang tinggi (untuk ukuran abad 8, teknik lock and key merupakan teknnologi yang maju dalam dunia pembangunan). Hal ini bisa dilihat pada foto di bawah ini, tampak bahwa potongan batu memang dibentuk dengan sistem kuncian

Tapi saya juga tak mengatakan bahwa penggunaan telur itu merupakan isapan jempol, karna setelah diteliti, ternyata putih telur mempunyai kandungan zat perekat yang tinggi. Bahkan beberapa merk lem kaca di Indonesia menggunakan putih telur sebagai bahan dasarnya, siapa tahu saja si Gunadarma (arsitek candi Borobudur) sudah tahu rahasia lem telur ini sejak abad ke 8.